AB Style : Bitter Sweet Coffee [1st Taste]

Bittersweet Coffee_rev (EGD hellospringbreeze Req)

Title :  Bitter Sweet Coffee [1st Taste]

Author :  hellospringbreeze (@hellospringbree)

Genre : Romance

Lenght : 3,753 word

Main Cast: Huang Zi Tao and Park Ji Young (@meiliji95)

Note:

Thanks Channi’s and Wufan’s wife for editing and so much idea, Thanks Ald for a beautiful poster

Please read Park Ji Young’s Profile first

Cerita ini akan ada chapter-chapter lanjutan.

 

First Place: Seorak Mountain

July , 23th 2013 [09.45 PM]

Cheongdam-dong, Seoul.

————–

Tao berdiri di depan sebuah gedung apartemen lengkap dengan pakaian serba tertutup berwarna hitam yang ia kenakan. Laki-laki itu fokus menatap salah satu dari sekian banyak jendela yang ada di gedung apartemen itu. Lantai dua belas, jendela ketiga dari sebelah kanan, jendela kamar tidur Ji Young. Jendela apartemen itu masih terang benderang, berarti kekasihnya belum pergi tidur.

Tao mengeluarkan ponselnya dari saku jaket, lalu menyentuh layarnya untuk menelepon Ji Young.

Tak lama, terdengar suara manis Ji Young di ponselnya.

Tao ge?”

Ne, Meiliji kau belum tidur?”

Belum, tapi sebentar lagi  aku akan pergi tidur.”

“Baiklah kalau begitu,  jaljayo.

.

.

.

Tao ge,”

“Ya?”

Aku merindukanmu.”

Tao menghembuskan napasnya pelan, lalu sedikit mengerutkan dahinya.

“Aku juga,  pergilah tidur. Kau ingat janji kita besok?”

Ne, aku ingat. Saranghae.”

Nado.”

Tao memutuskan sambungan telepon dengan menyentuh tombol disconnect pada ponselnya. Lagi, ia menatap jendela kamar tidur Ji Young. Tidak perlu waktu lama, lampu kamar itu redup seketika, Ji Young sudah pergi tidur.

Jaljayo Meiliji.”

Entah sudah berapa hari Tao melakukan ini, sekedar menatap dari luar gedung apartemen, lalu kembali ke dorm setelah memastikan Ji Young sudah pergi tidur.

Bukan, ini bukan hal yang bodoh. Dia hanya ingin memastikan kekasihnya bisa tidur malam ini. Hanya sebagai bentuk tanda kepeduliannya terhadap Ji Young, karena Tao sudah berjanji untuk itu. Untuk menunjukan rasa cintanya tidak hanya pada Il Soo, tetapi juga pada orang tua Ji Young nantinya.

Tao melangkahkan kakinya cepat membelah kerumunan manusia yang tak pernah berhenti beraktifitas di jalanan Gangnam. Namja jangkung itu melangkah cepat bahkan menabrak beberapa orang yang menghalangi jalannya. Ia tak memperdulikan tatapan aneh atau bahkan makian dari orang-orang yang di tabraknya.

Akan jadi masalah yang rumit jika ia mendapati sang manager berkacak pinggang menyambutnya di depan pintu dorm, karena malam ini Tao menyelinap keluar dorm secara diam-diam. Entah untuk keberapa kalinya.

Tao sedikit berlari kecil dan dia harus bernapas lega saat managernya tidak menyadari kepergiannya. Ia hanya perlu menyelinap masuk ke dalam dorm dan bertingkah seolah dia tidak pernah keluar dari dorm malam ini.

Kini Tao melepaskan topi dan maskernya lalu berjalan cepat untuk segera memasuki kamar tidurnya. Tapi ada yang menghentikan langkahnya, Tao hanya mendelikan mata saat Kris menghadang Tao masuk ke kamar tidurnya.

“Kau menyelinap keluar dorm?” tanya Kris lalu meneguk coke yang ada di tangannya.

.

.

.

Kau hanya maknae yang masih sering bersembunyi di balik punggung Kris.

Kata-kata itu terngiang lagi di kepala Tao.

.

.

.

“Iya. Dan mungkin sebentar lagi aku akan pergi menyelinap keluar Seoul.”

“Apa untungnya menyelinap keluar dorm hanya untuk melihatnya dari luar jendela, bodoh.”

Kris berjalan santai meninggalkan Tao, lalu melempar kaleng cokenya ke kotak sampah.

“Bawa dia Zi Tao, perkenalkan pada kami.”

Kris bicara dengan suara yang cukup besar, membuat member lainnya menatap Tao penuh tanya. Tao tak menggubris, dia segera masuk ke kamar tidurnya.

Tao seolah tak berhenti beraktifitas, sekarang ia sedang mengeluarkan salah satu tas backpack-nya, memasuk beberapa helai baju, alat mandi, dan beberapa benda penting lainnya ke dalam sana. Otaknya terus berpikir tentang rencana-rencana liar yang akan dia lakukan mulai dari besok pagi.

Rencana yang liar.

——88——-

July , 24th 2013 [04.00 AM]

————–

Hyung, karena ini free time, maka aku akan berisitrahat di tempat yang jauh. Jangan coba-coba mencariku,” Tao mengirim pesan singkat itu pada managernya tepat setelah dia menaiki sebuah motor sport merah yang dia sewa untuk menjalankan rencananya.

Dia menjalankan motor sport itu, membuat bunyi bising di pagi Seoul hari ini. Langit masih terlalu hitam untuk disebut pagi, mungkin tepatnya dini hari. Laki-laki ini membawa motornya ke gedung apartemen Ji Young dan membiarkan rambut ash blonde miliknya bergerak bebas tertiup angin karena ia belum mengenakan helm. Setelah sampai, ia memarkirkan motornya lalu segera bergegas menuju apartemen Ji Young.

Tidak perlu mengetuk pintu atau memencet bel, Ji Young sudah berdiri di depan pintu apartemennya. Tao tersenyum lebar melihat Ji Young yang juga sudah siap untuk menjalankan rencana mereka.

“Kau siap, nona?”

Hm, aku masih belum bisa memaafkanmu.”

“Ayolah, ini sebagai penebus dosaku karena sudah dua minggu tidak memberimu kabar. Kita akan berkencan ke tempat yang sangat jauh.”

“Terserah saja, tuan.”

Bohong, Tao bukan tak memberinya kabar, hanya sengaja. Setidaknya meski ia tidak memberi kabar pada Ji Young, Tao sudah tahu apa yang Ji Young lakukan beberapa hari terakhir, karena dia selalu menatap Ji Young meski hanya dari luar gedung apartemen.

Tao sengaja tak memberi kabar, karena dia hanya ingin membuat rencananya jadi lebih spesial.

Bukankah berkencan setelah dua minggu tak menampakan diri bahkan tanpa memberi kabar pada Ji Young adalah hal yang menarik?

Kini Tao sudah menggandeng tangan Ji Young, menggengam erat tangan kecil itu sambil berjalan menuju motor sport yang akan mereka kendarai. Ji Young tidak banyak berkomentar tentang motor ini, hanya terlihat sedikit mengerutkan dahinya tanda tak mengerti.

Sebelum menaiki motor, Ji Young bertanya pada Tao.

“Tao ge, kita akan pergi kemana?”

“Kemana pun yang kau mau.”

“Kau akan menculikku?”

“Jika aku diizinkan untuk melakukannya, makanya jawabannya adalah, ya.”

Tao menjawab Ji Young setelah mengenakan helm-nya lalu menyalakan mesin motor. Tao hanya melirik gadisnya yang masih berdiri membeku di tempat. Jika saja langit tidak terlalu gelap, Tao pasti bisa melihat ekspresi Ji Young yang sedikit khawatir. Kemudian, Ji Young tersenyum jahil pada Tao yang hanya bisa menatapnya penuh tanya dari atas motor.

“Baiklah, kau sudah diberi izin untuk menculikku.”

Mereka berdua tertawa bersama. Membelah keheningan dini hari yang masih terlalu gelap. Saat semua orang masih bergumul dengan selimut tebal mereka, Tao dan Ji Young malah sibuk menertawakan hal-hal kecil yang konyol.

Ji Young pun naik ke atas motor sport itu, dan Tao mulai mengajak Ji Young pergi jauh meninggalkan Seoul.

——88——-

Ji Young mengeratkan pelukannya saat Tao mulai menaikan kecepatan motor, mungkin di atas rata-rata. Bagaimana angin yang kencang akibat kecepatan mereka menerpa wajah Ji Young meski ia sudah mengenakan helm. Bagaimana aroma maskulin Tao menyapa indra penciuman Ji Young. Bagaimana bahu bidang milik Tao membuatnya tertegun karena ini kali pertama baginya untuk bisa melihat Tao dari jarak sedekat ini. Hal-hal seperti ini sangat jarang mereka lakukan.

Mereka sudah jauh berjalan, langit sudah mulai menampakan sedikit sinar saat ini. Ji Young tak mengeluarkan sepatah kata pun, begitu pula dengan Tao. Dia hanya fokus pada jalanan yang semakin menanjak dan semakin sepi. Sedangkan Ji Young terlalu sibuk untuk memikirkan hal apa yang akan Tao lakukan padanya, karena ia yakin ini tidak akan hanya menjadi sebuah kencan.

Bukan kencan biasa yang sering mereka lakukan.

Akan ada yang berbeda. Tapi entah apa.

Hari sudah pagi, tetapi bukan terik matahari pagi yang Ji Young rasakan, malah embun dingin yang membuatnya menggigil. Bukan lautan manusia yang sibuk menuju tempat kerja yang mereka temui di sisi jalan, melainkan hutan yang cukup lebat dan sesuatu yang tinggi menjulang di depan mereka, benda itu masih tertutup kabut sehingga Ji Young masih belum bisa menerka tempat apa yang sedang Tao kejar.

Sudah berapa lama mereka berjalan?

Sudah berapa jauh mereka pergi?

Entahlah, setidaknya arloji yang dipakai Ji Young menunjukan jika mereka telah berjalan lebih dari empat jam, itupun karena Tao mengendarai motornya dengan kecepatan di atas rata-rata. Dingin semakin menggigit, jeans yang Ji Young kenakan rasanya tidak lagi bisa menghangatkan kakinya. Ji Young hanya bisa mengeratkan jaket hoodie yang ia kenakan sembari berharap Tao bisa membawanya ke tempat yang lebih hangat atau dia bisa saja mati menggigil.

Kabut semakin tebal, entahlah, sepertinya mereka sudah berada di ketinggian lebih dari 1000 meter. Sangat jarang bagi mereka untuk mendapati kendaraan yang melintas di jalan ini. Begitu sepi, tetapi bagi Ji Young ini nyaman kecuali rasa dingin yang kini sudah mulai menggelitik kaki dan telapak tangannya.

“Kita sampai.”

Tao menghentikan motornya, memarkirkannya di depan sebuah villa besar yang belum pernah Ji Young lihat sebelumnya.

Sebuah villa dengan halaman yang sangat luas. Bukan sebuah villa yang mewah, tetapi terlihat hangat dan nyaman. Villa dengan bangunan berarsitektur kuno ini mempunyai sekitar enam buah pohon tinggi nan rindang di halamannya, terlihat seperti payung raksasa yang bersembunyi di balik kabut.

“Cepat masuk atau kita bisa membeku disini.”

Tao menggengam tangan Ji Young, memberikan paling tidak sedikit kehangatan bagi gadisnya yang sudah hampir membeku dengan suhu pegunungan yang sangat berbeda dengan suhu Seoul.

Pelayan villa segera menyambut mereka dengan ramah, lalu mengantar mereka ke lantai dua villa ini.

“Kamar 4 untuk tuan, dan kamar 5 untuk nona. Jika ada yang tuan dan nona butuhkan tinggal telepon saja.”

“Terima kasih.”

“Silahkan menikmati.”

“Aku pesan dua hot cappuccino untuk kamar nomor 5.”

Tao bicara dari balik maskernya, lalu segera memasuki kamarnya.

——88——-

Tao dan Ji Young sedang duduk bersebelahan di sofa kamar tidur Ji Young sambil menikmati hot cappuccino  mereka.

“Aku harap kau suka tempat ini, aku sengaja memilihnya karena aku ingin mengajakmu pergi dari kebisingan Seoul.”

“Aku suka.”

Ji Young menyandarkan kepalanya di bahu Tao, membuat Tao melingkarkan lengannya di bahu Ji Young.

“Kita ada dimana?”

“Gunung Seorak.”

“Aku belum pernah dengar. Aku yakin ini juga yang pertama bagi Kung Fu Panda Zi Tao, benar?”

Mereka terkekeh bersama, membuat suhu yang dingin ini setidaknya terasa lebih hangat.

“Itu karena kita berdua lahir dan dibesarkan di negara lain.”

“Benar. Aku lahir dan besar di Thailand.”

“Apa kau tidak merindukan orang tuamu?”

“Terkadang, tapi aku lebih sering merindukanmu.”

“Oh ya? Mengapa?”

“Karena setidaknya kau selalu ada untukku, dan orang tuaku tidak.”

“Meiliji?”

“Ya?”

“Aku tidak akan meninggalkanmu, aku berjanji.”

“Baiklah, tepati janjimu Zi Tao.”

Kini Ji Young sudah melingkarkan lengannya di tubuh Tao. Sebuah pelukan hangat rasanya cocok untuk suhu pegunungan yang dingin ini. Suasana jadi lebih hangat bagi mereka. membuat mata Ji Young sayup-sayup dan mulai tertutup.

——88——-

Ji Young tebangun dari tidur siangnya, empat jam perjalanan di atas mesin berisik berwarna merah itu membuatnya sedikit lelah dan perlu istirahat. Tidak, dia tidak tidur di atas tempat tidur kamarnya, tapi Ji Young tertidur di dalam dekapan Tao, masih di sofa kamar villanya.

“Kau sudah bangun?”

Ji Young menatap wajah Tao yang ada tepat di atasnya. Dia masih membutuhkan beberapa detik untuk sadar jika wajah Tao hanya berjarak beberapa centi dari wajahnya. Mata Ji Young membulat, dan refleks menjauhkan wajahnya.

Ji Young masih mengerjapkan matanya, masih mengumpulkan sisa-sisa kesadaran yang masih berkeliaran di alam mimpinya. Dia menoleh pada Tao.

“Sudah. Kau tidak tidur, Tao ge?”

“Aku tidak bisa tidur.”

.

.

.

Hening untuk beberapa saat, Tao hanya menatap lurus kedepan sedangkan Ji Young berusaha membaca ekspresi Tao. Ji Young tersenyum tulus.

“Ada yang mengganggu pikiranmu?”

Ji Young membelai rambut Tao, membuat Tao menoleh dan tersenyum.

“Bukan apa-apa.”

Tao bangkit dari dudukanya lalu menggandeng tangan Ji Young.

“Karena ini adalah free time, maka kita harus melanjutkan hari bermalas-malasan ini.”

Tao kini sudah menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur Ji Young, begitu pula Ji Young yang kini sudah berbaring di sampingnya.

Hening untuk beberapa saat.

.

.

“Tao ge, sudah berapa lama kita bersama?” Tanya Ji Young sambil menatap langit-langit kamar.

“Karena aku menyatakan perasaanku tepat tanggal 1 Januari, maka kita sudah enam bulan dua puluh empat hari bersama.”

“Apa saja yang sudah kita lakukan?”

“Tidak banyak, hanya pergi makan siang, kencan pertama di apartmenmu, bertengkar di hari ulang tahunku, pergi mengitari Cheonggyecheon Stream lalu bertemu  yeojachingu Chanyeol hyung, aku sering tak memberimu kabar, aku datang ke apartmenmu di tengah badai, lalu―”

Ji Young membekap mulut Tao dengan telapak tangannya.

“Kau berisik sekali.”

“Tapi ada banyak hal yang belum aku lakukan untukmu.”

Tao bahkan masih mengoceh panjang lebar meski telapak tangan Ji Young sudah menutup mulutnya.

“Tidak, jangan berisik. Aku sudah cukup bahagia untuk hari ini.”

Ji Young melepaskan tangannya dari mulut Tao.

“Kau bahagia?”

Ji Young menganggukkan kepalanya pelan.

“Ayolah ini baru tempat pertama yang kita kunjungi, aku akan membuatmu terkejut di tempat lainnya.”

“Kau berlebihan.”

“Baiklah kita bertaruh. Aku yakin di tempat berikutnya, saat turun dari motor matamu akan membulat seperti mata Kyungsoo, lalu mulutmu terbuka lebar seperti Luhan gege saat tertawa, dan kau berubah jangkung seperti Kris ge.  Oke, yang terakhir itu bohong.”

Ji Young tertawa, lalu memutar badannya ke kanan agar bisa menghadap Tao.

“Kau betul-betul berisik.”

“Tapi kau menyukaiku.”

“Oh ya?”

“Tentu, kalau kau tidak menyukaiku kau tak akan memelukku seperti ini,” tunjuk Tao pada lengan Ji Young yang sudah melingkar di pinggangnya.

Ji Young refleks melepaskan pelukannya.

“Sungguh aku tidak bermaksud melakukannya.”

Ji Young bahkan kaget mengapa tangannya sudah ada di atas pinggang Tao.

Gwenchana, aku suka dipeluk oleh mu.”

Ji Young hampir saja berteriak, dia bahkan harus menahan otot-otot wajahnya agar tak menampilkan senyum lebar akibat pujian Tao. Dan dia harap wajahnya tidak berubah merah seperti tomat yang ranum.

“Kau dengar sesuatu?” Ji Young mencoba mengalihkan penbicaraan.

“Sepertinya akan turun hujan.”

Tao segera menyelimuti tubuhnya dan Ji Young.

“Karena aku mengantuk mari kita tidur,” Tao berucap tak lama setelahnya.

Tak perlu menunggu barang semenit pun, namja dengan mata panda ini pasti akan segera terlelap tidur. Kini Tao sudah memejamkan matanya, membiarkan lengan Ji Young masih berada di atas pinggangnya, dan membiarkan lengannya sendiri untuk melingkari tubuh Ji Young.

Tapi kini Ji Young terjaga. Berusaha meneliti dan menelaah setiap perasaan yang tersimpan di wajah Zi Tao, kekasihnya.

Dengan sangat tiba-tiba terbersit prasangka buruk di otaknya.

Jika suatu saat kau harus meninggalkannya?

Mengapa Il Soo harus menanyakan hal seperti itu padanya? Apa Ji Young akan meninggalkan Tao? Atau justru Tao yang nantinya akan menyerah dan meninggalkan Ji Young?

Ji Young masih belum tahu apa yang akan terjadi setelah Il Soo menikah. Apa yang telah Tao janjikan pada Il Soo. Alasan apa Tao mengajaknya pergi sejauh ini.

Gadis ini tidah tahu apa-apa. Tapi garis wajah dan kelelahan yang tercermin di wajah Tao sudah membuatnya mengerti, akan ada sesuatu yang buruk di akhir hubungan mereka.

Mungkin sudah takdir.

Takdir mungkin sudah mengesahkan jika mereka tak lama lagi akan berpisah.

Ji Young hanya tersenyum halus, membelai rambut Tao lalu membiarkan jari-jarinya tenggelam di rambut Tao. Membelai pipi Tao, Ji Young melihat dengan jelas bagaimana kelelahan itu tercermin di mata Tao, bahkan di senyumannya.

“Apa pun yang terjadi, aku tetap mencintaimu.”

Ji Young bicara dengan nada berbisik, berharap Tao benar-benar sudah tidur dan tidak melihat air matanya.

——88——-

Rinai hujan mengetuk-ngetuk atap villa, membuat bunyi tak beraturan.  Ji Young membuka sedikit jendela kamarnya. Membuat udara dingin langsung masuk dan memenuhi kamar tidurnya.

“Ini membuat udara semakin dingin, nona,” Tao berdiri di belakang Ji Young tangannya sudah menutup kembali jendela itu, membuat Ji Young terdesak karena lengan Tao sudah mengepungnya.

“Kau sudah bangun?”

“Sudah dan, hei, lihat matamu Meiliji, kau menangis?”

Ji Young terkejut. Apa matanya sembab? Bodoh, mengapa ia tidak langsung mengopres matanya dengan air dingin agar tidak sembab?

“Tidak, ini hanya karena suhu udara yang terlampau dingin.”

“Jangan berbohong padaku.”

Tao menangkup wajah Ji Young dan segera mendekap Ji Young.

“Ayolah Meiliji, kita sedang berkencan. Jangan menangis.”

Ji Young tertawa, berusaha menghilangkan semua kegelisahan di hatinya.

“Aku benar-benar tidak menangis Tao ge.

Tao hanya mengusap kepala Ji Young.

“Ayo kita pesan makan malam.”

Kini Tao sudah berjalan menuju telepon untuk memesan makan malam pada pelayan villa. Tak beberapa lama pesanan datang. Mereka makan dalam diam, Ji Young jadi sedikit tidak bersemangat. Sesekali Tao melirik gadisnya yang menatap kosong makan malamnya.

“Meiliji?”

Ji Young tidak menggubrisnya, hanya melahap makan malamnya perlahan.

“Ini enak,” dusta Ji Young sambil terus berusaha jika ia tertarik dengan makan malamnya.

Tao tahu, pasti ada sesatu yang sedang mengganjal di hati gadisnya, tetapi dia berusaha untuk tidak mempermasalahkannya, dia hanya ingin membuat Ji Young bahagia dengan rencana kencannya yang gila ini.

Usai makan malam Tao kembali menyeruput hot cappuccino-nya.

“Mengapa akhir-akhir ini kau selalu minum kopi?”

Agar aku tetap terjaga dan bisa tetap menjagamu.

“Karena dari kecil aku suka kopi,” Tao menjawab dengan kebohongan.

“Oh ya?”

“Ya, kau suka kopi?”

“Tidak, kopi itu pahit.”

“Kau bisa memberinya gula agar terasa manis.”

“Tapi rasa kopinya akan hilang.”

“Tidak jika kau memberi gula dengan takaran yang pas.”

.

.

.

.

“Tao ge?”

Hm?”

“Jika aku gula dan kau kopi, apakah aku sudah dalam takaran yang pas?”

“Pas.”

“Kau yakin?”

“Sangat yakin.”

“Apa takaranku terlalu sedikit?”

“Ayolah Meiliji, mengapa kau berbuah jadi puitis seperti ini?”

“Aku belajar dari Il Soo yang selalu menggoda Ju eonnie.

Lagi, mereka tertawa bersama, berusaha melupakan pembicaraan mereka barusan yang hampir saja menjadi perbincangan serius.

“Kau mengajaku sejauh ini hanya untuk tidur bermalas-malasan dan menyeruput hot cappuccino-mu?”

“Tenang akan ada sesuatu yang spesial.”

“Apa?”

“Kau akan mengetahuinya di akhir kencan kita hari ini.”

“Ayolah, aku mulai bosan.”

“Baiklah kita main tebak-tebakan.”

“Baik, kau duluan, biar aku yang tebak.”

Tao berpikir sejenak, mengedarkan pandangannya ke seantero ruangan seolah-olah benda di sekelilingnya bisa memberinya inspirasi untuk tebak-tebakan kali ini.

Tak lama, namja ini tersenyum lebar. Mungkin jika ini sebuah komik atau kartun, maka akan ada gambar lampu menyala di atas kepala Tao.

“Dia itu jerapah, tapi juga seperti matahari, terkadang terlihat seperti bunga, tapi bisa juga disebut lemon juice.”

“Chanyeol oppa. Karena dia tinggi, bersemangat, penuh senyum dan menimbulkan banyak kejutan seperti lemon juice.

“Dia itu puma, tapi juga seperti kopi, terkadang terlihat seperti arang, dan tidak ada orang yang bisa menemukannya jika lampu dimatikan.”

“Hei panda, kau tidak boleh terlalu kejam pada Kai oppa.”

Ji Young, mencubiti Tao karena perbuatannya. Menurutnya laki-laki ini konyol.

“Baiklah, kali ini giliranku, dan kau harus menebaknya dengan benar, panda.”

“Oke.”

“Dia itu menjulang, punya hidung yang berbentuk seperti seluncuran di TK-ku, seperti es, punya telapak tangan sebesar wajahku, laki-laki idaman setiap wanita. Yang terakhir itu termasuk aku.”

“Kris. Ayolah dia tidak sekeren yang kau bayangkan, aku bahkan jauh lebih tampan darinya.”

“Itu tidak mungkin. Sudah kita teruskan saja permainannya, kau harus jawab yang satu ini dengan benar. Jika kau benar kau akan mendapatkan hadiah, jika salah kau kena hukuman.”

“Hadiah apa?”

“Terserah kau.”

“Bagaimana jika kau harus menyebutku lebih tampan dari Kris sebanyak 10 kali?”

Hm, tapi hukumannya kau harus katakan jika aku gadis paling cantik sebanyak 20 kali.”

Ayolah, mereka ingin bermain atau ingin memuji diri mereka masing-masing? Bukannya berpikir ini adalah permainan konyol, Tao malah menangguk semangat.

“Aku tidak akan kalah Meiliji.”

“Dia anak tengah dari tiga bersaudara, punya dua tanda lahir di bahu sebelah kiri, punya bekas luka di atas dahi, dan punya anjing bernama Molly.”

“Tunggu, beri aku waktu berpikir.”

            Satu menit

Tao berusaha berpikir keras, tentu saja dia tidak mau kalah dalam permainan ini.

            Tiga menit.

Ji Young hampir saja tertawa lepas melihat ekpresi Tao yang sedang berpikir keras.

            Tujuh menit.

Tao mengetuk-ngetuk pinggiran cangkir kopinya.

“Baiklah aku menyerah.”

Yeah!

Ji Young berteriak penuh kemenangan.

“Memangnya siapa yang kau maksud?”

“Kerjakan dulu hukumanmu.”

Tao mendelikan matanya, baiklah dia harus sportif kali ini karena ini bukan permainan di China Big Love Concert yang bisa ia curangi begitu saja. Gadis di hadapannya kini sudah bersiap-siap mendengar pujian dari Tao.

“Park Ji Young adalah gadis paling cantik.”

“Park Ji Young adalah gadis paling cantik.”

“Park Ji Young adalah gadis paling cantik.”

Tao menjalankan hukumannya dengan patuh. Ia menyerukan pujian untuk kekasihnya dengan lantang. Ji Young mau tak mau tersenyum mendengarnya. Tanpa disadari, Ji Young terus memperhatikan wajah Tao dengan seksama.

Tao-ge, kau yang paling tampan, batin Ji Young.

“Park Ji Young adalah gadis paling cantik,” pungkas Tao.

“Baiklah aku akan memberi tahu orang yang ku maksud, dia adalah…”

“Siapa?”

“Penjaga cafetaria di sekolahku dulu.”

Mata Tao terbelalak, nyaris keluar dari tempatnya saat mendengar jawaban Ji Young. Bagaimana bisa gadisnya melontarkan pertanyaan seperti itu?

“Kau mempermainkanku?”

“Tidak.”

Kini Ji Young tertawa lepas melihat kekasihnya yang terlihat kesal.

Gomawo oppa sudah mengatakan jika aku cantik.”

Ji Young ber-aegyo di hadapan Tao, berusaha membuatnya tidak lagi kesal.

Tao terkejut.

Aegyo pertama dari Ji Young.

Dan Ji Young menyebutnya dengan sebutan ‘oppa’.

“Ya Tuhan, aegyo-mu jelek sekali, aku bahkan bisa melakukannya dengan lebih baik.”

Tao lagi-lagi berdusta untuk mengalihkan detak jantung berlebihan akibat aegyo Ji Young barusan.

Kini giliran Ji Young yang terlihat kesal dengan Tao.

Mereka terus melanjutkan malam mereka dengan kerusuhan, tawa, kerutan di dahi karena kesal, kekonyolan mereka, hal-hal khas Tao dan Ji Young.

——88——-

Kamar Ji Young begitu berantakan. Ada tumpukan kertas dimana-mana, karena mereka baru saja bermain kertas origami dan hasilnya menumpuk di sudut ruangan ini. Bukan sebuah origami yang bagus, hanya ada sekitar sepuluh burung-burung kertas, dan sisanya hanyalah remasan kertas berbentuk bola yang menumpuk, menandakan mereka banyak gagal untuk sekedar membuat origami sederhana.

Jangan salahkan mereka jika hari ini mereka begitu malas untuk bergerak dan rasa kantuk seolah terus hinggap di kepala mereka. Perjalanan yang panjang, suhu yang sejuk, juga suara rinai hujan yang seolah menggoda mereka untuk tidur.

Kini Ji Young sudah ada berada di bawah selimut hangatnya. Melihat ke sisi kanan tempat tidur, dimana disana masih ada Tao yang berlutut sambil menunggu gadisnya benar-benar terlelap.

Jaljayo Tao ge.”

Jaljayo Meiliji, mimpi indah.”

Tao membelai kepala Ji Young berkali-kali, tak menghentikannya sampai ia yakin betul jika kekasihnya sudah terlelap.

Ji Young mungkin sudah pergi ke alam mimpinya, Tao mengeratkan selimut Ji Young, berharap gadis ini tidak akan kedinginan malam ini. Tao mematikan lampu kamar, menggantinya dengan lampu tidur temaram, sambil mengeluarkan sebuah kotak, lalu meletakan kotak itu di meja samping tempat tidur Ji Young.

Sebuah kotak musik berwarna putih.

Tao membukanya perlahan, dan terdengar lullaby yang sangat familiar di telinga Ji Young.  Lullaby khas Thailand.

Tao menatap lagi gadisnya, sungguh cantik dengan muka tenangnya. Lalu, Tao mencium kening Ji Young cukup lama.

Good night my beautiful Ji Young. Semoga tempat selanjutnya bisa membuatmu lebih bahagia. Jangan menangis lagi karena aku membencinya.”

Jika saja Ji Young belum tertidur, semua orang pasti yakin Ji Young akan menjawabnya dengan senyuman manis yang tulus.

Tao menutup pintu kamar secara perlahan, kembali memasuki kamar tidurnya. Membereskan beberapa barang, karena besok mereka akan pergi ke tempat lainnya lagi.

Dia mengeluarkan secarik foto hasil kamera polaroidnya. Foto Ji Young yang ia ambil secara diam-diam saat makan malam tadi, lalu menambahkan sedikit tulisan di sana–

BSC 1

Tao sedikit tersenyum saat menyimpan foto ini di dalam sebuah kotak yang juga sudah berisi barang-barang lainnya. Entahlah, hanya Tao yang tahu kotak apa itu, dan apa kegunaannya. Lalu Tao mulai mempersiapkan rencana-rencana kencan esok harinya.

Entahlah, mungkin akan sangat jauh.

Tidak perlu cemas. Mereka tetap akan kembali, atau tidak akan kembali lagi jika mereka ingin.

_TBC_

Sorry for typo(s) i hope u enjoy, like, leave a comment and follow this blog

maaf aklo ini ga sweet sweet lala~ maaf kalo ga dapet feelnya

Hihihihi :3 well, makasih udah baca, love yaaa~ komen yaaaa ;D

19 thoughts on “AB Style : Bitter Sweet Coffee [1st Taste]

  1. Aaaa ternyata ini ya yang dimaksud soal foto itu :3 Jiyoung cantik sekali -_-
    Hmm berduaan di sebuah villa, di daerah gunung, hmm *ditampar
    Tao romantis -_- Jongdae mana mungkin bawa Eunhee ke tempat seindah itu. Mana pakai motor lagi. Demi Tuhan Tao pasti keren banget TT
    Ayolah Jiji sama Tao jangan galau2 ‘-‘

      • hola muti baby~
        Cantik? Makasih, aku juga ga kalah cantik kok~ hahahha
        Iya, padahal suasana udah mendukung ya, unting ga terjadi sesuatu yang lebih dari adegan peluk-pelukan.
        Hihihihi, ya biasanya kan di panda ini ga pernah ajak jiji ke mana2 kencan aja di apartmen doang –‘
        hehehe, iya dong pasti nnti bahagia, tenang aja~

  2. Angkat topi, standing applause, tepok tangan yang meriah untuk authornya! Gak mudah lho, bikin ff yang dua orang pacaran, kencan di villa pinggir kota, suasana dingin, adem, sejuk, tapi… GAK NGAPA-NGAPAIN! (apa gue doang yang terlalu ngeres ya??)
    XD

    Tapi bagus, beneran. Dan ada ‘bukti’ fotonya, jadi makin mendalami cerita! :3

    Keep writing!

    • Hahaha, ini sebuah keharusan soalnya, kalo engga mungkin aku udah buat yang lebih *plak
      engga, engga kita buat yng sweet aja dulu ya~ bru entar mengalir (?)
      hihihi, iya maksih ya RCLnya. love yaaaa ❤

  3. akhirnya update juga AB couple yg satu ini :3
    cie kencan di gunung, berdua di villa pula. citcuittt /plakk.
    ngabisin waktu sama pacar kayaknya gak begitu kerasa lama ya, cepet aja gitu. kaya si jiyoung ini kalem aja waktu digonceng pake motor sama tao selama 4 jam. Dan kalo itu gak istirahat pasti capek banget -_-
    tao sok romantis ya, udah gede ini anak kris. wkwkwkwk. so sweet banget dia bela-belain bikin surprise buat jiyoung :3 envy~
    ditunggu next partnya♥

    • Hihihihi, iya AB Style comeback~
      Huwaaa, pengalamnya ya ngabisin wakty sama pacar ;3
      Hahahha, pinggang kan sakit bgt pasti ya -_-
      Makasih yaaaa {}
      OK, thanks komennya~

  4. Hai kak Cha, aku baru baca nih wohoooo~
    duh kak, kenapa Tao sweet banget di sini kak, kenapa? kenapa Issing nggak bisa romantis sih? auhhh /frustated lol
    suka kak sama detail ceritanya yang runtut dan enak dibaca, dan… luar biasa gimana kak Cha membuat waktu mereka saat berduaan itu manis banget dan berkesan, duh lope lope >> “Dia itu puma, tapi juga seperti kopi, terkadang terlihat seperti arang, dan tidak ada orang yang bisa menemukannya jika lampu dimatikan.” HAHAHAHA pukpuk Kim Jongin, dia nggak bakalan keliatan kalo lampu dimatiin, soalnya udah aku culik duluan kak ahahha ampun deh Jongin dinistain sama Tao lol
    cute, sweet, fresh, memorable~ good job kak! 🙂

    • Halo Maru~ Hei makasih udah mau baca. Penyakit ga mau baca aku ini sulit hilang, jadi maafkan lah. But I’ll read kok pasti cerita icing dan nayong yang super manis itu.
      Ah masa? jadi malu :3 makasih makasih. wakakak abis kai cocok kalo jadi korban kayaknya wakakak.
      Makasih sekali lagi ❤

      • samasama ya kak :3
        wekekekek tapi Icing nggak semanis Tao deh seriusan kak huhuhu
        Kai emang selalu cocok kalo dikibulin gitu kak, kibulable banget si item itu lol
        wokeyy ❤

Tinggalkan Balasan ke parkhanra Batalkan balasan